Sekarang ini untuk mendapatkan cendol tidak hanya bergantung pada pedagang pikulan tong dengan toples santan kelapa dan gula jawa atau gerobak keliling. Minuman cendol kini sudah naik kelas restoran,seperti Pondok Es Cendol, dan Cendol Desa.
Cendol rupanya tak hanya mendatangkan rasa segar bagi peminumnya. Bagi para pebisnisnya, minuman yang dinikmati dengan es ini telah menjadi sumber rejeki yang tak bisa diremehkan.Salah seorang yang telah merasai rejeki cendol adalah Tatang Kusbiana, yang membangun merek dagang Cendol Desa. Tatang yang merintis usahanya sejak Maret 2009 saat ini memiliki 10 kios mini atau gerobak di Jabodetabek.
Dalam waktu dekat, outlet Cendol Desa akan bertambah menjadi 16, karena kontrak kerja sama franchise sudah ditandatangani. Cendol Desa menawarkan konsep tempat jualan yang menarik. Pada ukuran gerobak dan material yang digunakan, dan pada variasi minuman yang dipasarkan."Ada variasi lain, namun rasanya tetap berbasis cendol," ungkap Tatang. Harga per gelas ditawarkan Rp3.500-Rp4.000, sesuai dengan lokasinya.
Menangkap peluang usaha Cendol Desa, tidak perlu memiliki lahan atau kios sendiri karena bisa numpang di teras toko besar atau restoran. Itu sebabnya bisnis ini cukup terjangkau. Namun ada kewajiban terwaralaba, yakni mampu menjual minimal 50 gelas setiap hari tanpa royalty fee. Di luar Jabodetabek, Tatang membuka master-franchise dalam satu kabupaten. Bahan baku yang dipergunakan Cendol Desa bisa bertahan hingga 3 hari, kecuali santan.
"Kompetitior tetap ada, karena rasa dasar cendol biasanya tidak jauh berbeda. Sekarang ini memang banyak bermunculan, karena pebisnis melihat usaha semacam ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan," ungkap Tatang Kusbiana.
Sementara itu, perusahaan santan berkemasan PT Cocomas Indonesia juga menangkap peluang ini dengan membangun jaringan Pondok Es Cendol, yakni gerobak berpenampilan apik untuk berjualan es cendol Idol. Saat ini, jumlah jaringan Idol lebih dari 382 gerobak, belum termasuk yang dioperasikan oleh mitra waralabanya 156 unit di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Ambon. Investasi setiap gerobak plus peralatannya Rp2,5 juta.
Jika abang pikulan atau gerobak keliling menjual es cendol dengan harga Rp2.000-Rp3.000 per gelas, Es cendol Idol di restoran dijual minimal Rp5.000 per gelas. Satu gerobak rata rata mampu menjual 50 gelas per hari, sehingga modal Rp2,5 juta diharapkan bisa kembali dalam 3 bulan. "Untuk cendol, mengonsumsinya tidak bosan. Bagaimanapun cendol merupakan masakan khas Indonesia. Apalagi jika penyajiannya ditambah dengan nangka, durian, dan alpukat," kata Sapto Sri Asmoro, Manajer Ritel Bisnis PT Cocomas Indonesia.
Cendol terbilang mudah dibuat, dan bisa diperoleh di pasar tradisional ataupun toko modern. Pembeli tinggal mengisi gelas dengan cendol dan es, lalu membuka kemasan berisi santan manis dengan tiga rasa, yaitu durian, pandan dan orisinal.Cendolnya dipasok oleh distributor yang menjadi mitra Cocomas, yaitu untuk mitra di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Bisa juga mitra membuatnya sendiri, dengan bahan berupa tepung beras yang diberi daun suji atau daun pandan, lalu dicampur tepung tapioka dan ditambah air, sebelum dituang dalam wadah cetakan cendol. Peluang bisnis ini juga ditangkap oleh Agus Hartanto, dan istrinya Lili Kuswardani dengan melengkapkan Pondol pada restorannya di Jakarta. Mereka telah menggeluti usaha restoran sejak 20 tahun lalu. Agus kini memiliki tiga gerai Pondol yang mampu mendatangkan pendapatan tambahan dari penjualan 200 gelas cendol per gerai, dengan harga Rp 8.000 per gelas.
Tertarik mengais pendapatan melalui cendol,kami menyediakan pembuatan gerobak untuk cendol.Inilah desain yang kami sediakana:
Oleh Mulia Ginting Munthe & Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar